Selasa, 05 Maret 2013

Cacing filaria (Wuchereria bancrofti)



A.        Klasifikasi Cacing filaria (Wuchereria bancrofti)
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filarial. Cacing filaria penyebab penyakit kaki gajah  berasal dari genus wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab penyakit tersebut adalah wuchereria bancrofti,  brugia malayi, dan brugia timori.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Classis   :  Secernentea
Ordo      :  Spirurida
Upordo  :  Spirurina
Family   :  Onchocercidae
Genus    :  Wuchereria                              
Species  :  Wuchereria bancrofti

B.        Morfologi dan siklus hidup cacing filaria
Ciri-ciri cacing filaria
Cacing dewasa (makrofilaria), berbentuk  seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu. Cacing dewasa hidup dalam pembuluh kelenjar limfa. Cacing betina ukurannya 65-100 mm x 0.25mm dan ekornya lurus berujung tumpul, sedangkan cacing jantan berukuran 40mm x 0.1mm dan ekor melingkar. Cacing betina mengeluarkan microfilaria. Microfilaria bersarung berukuran panjang kurang lebih 250 mikron dan pada umumnya ditemukan dalam darah tepi pada waktu malam(periodisitas nocturna). (rosdiana safar 2010)
Siklus hidup cacing filaria (wuchereria bancrofti)
      Vector dari cacing filaria adalah nyamuk Culex (cx.  Quinquifafasciatus), Anopheles, dan Aedes. Nyamuk menghisap darah manusia yang mengandung microfilaria waktu malam hari. Dalam lambung, nyamuk microfilaria akan berubah menjadi larva yang berbentuk gemuk dan pendek (stadium 1), lalu pindah ke thorax nyamuk menjadi larva yang berbentuk gemuk dan panjang(stadium 2), kemudian masuk ke kelenjar ludah nyamuk membentuk larva yang panjang dan halus(stadium 3). Bila nyamuk menggigit manusia maka nyamuk (stadium 3)akan dimasukkan ke pembuluh darah dan pembuluh limfa manusia menjadi nyamuk (stadium4). Kemudian (stadium4) akan menuju kelenjar limfa dan menjadi dewasa jantan dan betina yang disebut  (stadium5). Setelah cacing dewasa kawin dikelenjar limfa maka yang betina akan melahirkan microfilaria. Lingkaran hidup didalam tubuh manusia mulai (stadium3) masuk kedalam tubuh manusia sampai ditemukan microfilaria didarah perifer, berlangsung dalam waktu 10-14 hari.(rosdiana safar 2010)

C.        Prinsip patologis/mekanisme penyakit filariasis
Penyakit filariasis atau biasa disebut dengan penakit kaki gajah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Tetapi tidak semua pengandung w.bancrofti ini menjadi sakit. Microfilaria pada umumnya tidak menimbulkan kelainan, namun yang menyebabkan gejala ialah cacing dewasa,bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa ini melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa (Makrofilaria) yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
                                                                                      
D.        Epidemiologi  cacing filaria (wuchereria bancrofti)

 Wuchereria bancrofti endemis di 78 negara dan mempengaruhi 128 juta orang di seluruh dunia Nematoda ini tersebar luas di seluruh zona lembab dan tropis di Asia, Afrika, Amerika dan kepulauan pasifik dan sering terjadi pada daerah dengan tingkat ekonomi miskin. Wuchereria bancrofti adalah agen menular. Dalam 91% kasus LF. LF juga diakui sebagai yang kedua nyamuk paling mematikan setelah malaria. Sampai saat ini 44juta oang mengalami penyakit klinis, namun 76 juta menderita pra klinis kerusakan ginjal dan system limfatik. Sebanyak 1.3 miliar orang di daerah endemic diperkirakan beresiko membangun LF etiap tahun, meskipun tidak fatal tetapi bias menyebabkan cacat permanen, kelemahan, dan morbiditas kronis. Vector control dan distribusi obat obtan telah membuktikan langkah efektif dalam pengurangan epidemic.

E.         Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Filariasis

      Diagnosa Filariasis
Kita bisa mendiagnosa seseorang terserang penyakit kaki gajah berdasarkan gejala-gejala klinis akut atau kronis melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pada jari si penderita. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pada pada pukul 20.00 waktu setempat. Karena pada saat malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi penderita. Jika memang ditemukan mikrofilaria didalam darah si penderita, maka orang tersebut telah dinyatakan terserang penyakit kaki gajah (filariasis). Jika seseorang telah terserang filariasis akut, maka gejala-gejala klinis yang akan tampak antara lain :
1.      Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila si penderita beristirahat dan muncul lagi jika si penderita bekerja berat.
2.      Pembengkakan kelenjar getah bening, sehingga terlihat bengkak didaerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
3.      Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas.


Sedangkan untuk gejala klinis filariasis kronis yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar (elephantiasis skroti). (http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Penyakit%20Kaki%20Gajah%20(Filariasis)&&nomorurut_artikel=372)

Pencegahan filariasis
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberantas nyamuk yang berperan sebagai vector yang hidup pada air kotor, serta menghindari diri dari gigitan nyamuk misalnya dengan memasang kelambu saat tidur, menyemprot obat nyamuk pada ruangan atau mengoleskan obat nyamuk pada tubuh agar mengurangi frekuensi gigitan nyamuk dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Tetapi dari semua cara tersebut juga harus dilakukan 3M untuk lebih efektifnya.


Pengobatan filariasis
         Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis akibatWuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibatBrugia malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis yang disebabkan oleh Brugiamalayi dan Brugia timori, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC.
Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar