A.
Klasifikasi Cacing filaria (Wuchereria
bancrofti)
Wuchereria bancrofti
atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang
belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig
memanjang, seperti benang maka disebut filarial. Cacing filaria penyebab
penyakit kaki gajah berasal dari genus
wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab
penyakit tersebut adalah wuchereria bancrofti,
brugia malayi, dan brugia timori.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Classis : Secernentea
Ordo : Spirurida
Upordo : Spirurina
Family : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Species : Wuchereria bancrofti
B.
Morfologi dan siklus hidup cacing
filaria
Ciri-ciri cacing filaria
Cacing
dewasa (makrofilaria), berbentuk seperti
benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria)
berbentuk seperti benang berwarna putih susu. Cacing dewasa hidup dalam
pembuluh kelenjar limfa. Cacing betina ukurannya 65-100 mm x 0.25mm dan
ekornya lurus berujung tumpul, sedangkan cacing jantan berukuran 40mm x 0.1mm
dan
ekor melingkar. Cacing betina mengeluarkan microfilaria. Microfilaria bersarung
berukuran panjang kurang lebih 250 mikron dan pada umumnya ditemukan dalam
darah tepi pada waktu malam(periodisitas nocturna). (rosdiana safar 2010)
Siklus
hidup cacing filaria (wuchereria bancrofti)
Vector dari cacing filaria adalah nyamuk
Culex (cx. Quinquifafasciatus),
Anopheles, dan Aedes. Nyamuk menghisap darah manusia yang mengandung
microfilaria waktu malam hari. Dalam lambung, nyamuk microfilaria akan berubah
menjadi larva yang berbentuk gemuk dan pendek (stadium 1), lalu pindah ke
thorax nyamuk menjadi larva yang berbentuk gemuk dan panjang(stadium 2),
kemudian masuk ke kelenjar ludah nyamuk membentuk larva yang panjang dan
halus(stadium 3). Bila nyamuk menggigit manusia maka nyamuk (stadium 3)akan
dimasukkan ke pembuluh darah dan pembuluh limfa manusia menjadi nyamuk
(stadium4). Kemudian (stadium4) akan menuju kelenjar limfa dan menjadi dewasa
jantan dan betina yang disebut
(stadium5). Setelah cacing dewasa kawin dikelenjar limfa maka yang
betina akan melahirkan microfilaria. Lingkaran hidup didalam tubuh manusia
mulai (stadium3) masuk kedalam tubuh manusia sampai ditemukan microfilaria
didarah perifer, berlangsung dalam waktu 10-14 hari.(rosdiana safar 2010)
C.
Prinsip patologis/mekanisme penyakit
filariasis
Penyakit
filariasis atau biasa disebut dengan penakit kaki gajah merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai
jenis nyamuk. Tetapi tidak semua pengandung w.bancrofti ini menjadi sakit.
Microfilaria pada umumnya tidak menimbulkan kelainan, namun yang menyebabkan
gejala ialah cacing dewasa,bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui
cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa ini melalui saluran limfe
aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada
tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan
plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh
darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan
pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag di
dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang
menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di
sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di
sepanjang pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan
statis-kronis dengan edema pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak
terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah
bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa (Makrofilaria)
yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang
mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi
ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan
obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan
tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu
timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi
limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral
(seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah
tersebut.
D.
Epidemiologi cacing filaria (wuchereria bancrofti)
Wuchereria bancrofti endemis di 78 negara dan mempengaruhi 128 juta
orang di seluruh dunia Nematoda ini tersebar luas di seluruh zona lembab dan
tropis di Asia, Afrika, Amerika dan kepulauan pasifik dan sering terjadi pada
daerah dengan tingkat ekonomi miskin. Wuchereria bancrofti adalah agen menular.
Dalam 91% kasus LF. LF juga diakui sebagai yang kedua nyamuk paling mematikan
setelah malaria. Sampai saat ini 44juta oang mengalami penyakit klinis, namun
76 juta menderita pra klinis kerusakan ginjal dan system limfatik. Sebanyak 1.3
miliar orang di daerah endemic diperkirakan beresiko membangun LF etiap tahun,
meskipun tidak fatal tetapi bias menyebabkan cacat permanen, kelemahan, dan
morbiditas kronis. Vector control dan distribusi obat obtan telah membuktikan
langkah efektif dalam pengurangan epidemic.
E.
Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan
Filariasis
Diagnosa
Filariasis
Kita bisa
mendiagnosa seseorang terserang penyakit kaki gajah berdasarkan gejala-gejala
klinis akut atau kronis melalui pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara mengambil sampel darah pada jari si penderita. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan pada pada pukul 20.00 waktu setempat. Karena pada saat
malam hari mikrofilaria terdapat didalam darah tepi penderita. Jika memang
ditemukan mikrofilaria didalam darah si penderita, maka orang tersebut telah
dinyatakan terserang penyakit kaki gajah (filariasis). Jika seseorang telah
terserang filariasis akut, maka gejala-gejala klinis yang akan tampak antara
lain :
1. Demam
berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila si penderita
beristirahat dan muncul lagi jika si penderita bekerja berat.
2. Pembengkakan
kelenjar getah bening, sehingga terlihat bengkak didaerah lipatan paha, ketiak
yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
3. Pembesaran
tungkai, lengan, buah dada dan buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas.
Sedangkan untuk gejala klinis
filariasis kronis yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada
tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar (elephantiasis skroti). (http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Penyakit%20Kaki%20Gajah%20(Filariasis)&&nomorurut_artikel=372)
Pencegahan filariasis
Pencegahan
dapat dilakukan dengan cara memberantas nyamuk yang berperan sebagai vector yang
hidup pada air kotor, serta menghindari diri dari gigitan nyamuk misalnya
dengan memasang kelambu saat tidur, menyemprot obat nyamuk pada ruangan atau
mengoleskan obat nyamuk pada tubuh agar mengurangi frekuensi gigitan nyamuk dan
memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada
kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Tetapi dari semua cara
tersebut juga harus dilakukan 3M untuk lebih efektifnya.
Pengobatan filariasis
Pengobatan
filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan
menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh
mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini,
DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk
filariasis akibatWuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6 mg/kg berat
badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibatBrugia malayi dan
Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari.
Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual hingga
muntah. Pada pengobatan filariasis yang disebabkan oleh Brugiamalayi dan Brugia
timori, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk
pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam waktu
yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis tunggal
DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan
kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC.
Obat lain yang juga
dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari
golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan
ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang
ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan juga
dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus
yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar